Selasa, 08 April 2008

Berkat Sentuhan Tangan Danto ”Batu Cadas jadi Berkelas”


Boleh jadi kompleks hunian seluas 2.000 m2 di daerah Prancak Glondong, Sewon, Bantul, itu menjadi unik dan nyentrik di mata tetangga sekitarnya. Paling tidak, karena terkesan didominasi cadas sehingga menyiratkan suasana lain dari yang lain. Hunian yang diberi nama Rumah Sawah itu sekaligus merupakan rumah pamer dan bengkel kerja produk kerajinan batu kapur yang ditangani Danto Susanto. Pria kelahiran Bantul 7 April 1975 itu memang tergolong kampiun soal mengolah batu-batu cadas menjadi benda bernilai seni tinggi bahkan terkesan berkelas. “Saya bangun Rumah Sawah ini sejak dua tahun lalu. Di sini pula saya berusaha menatap masa depan dengan membuat berbagai jenis kerajinan batu!” katanya saat ditemui HandiCRAFT Indonesia. Di bawah payung CV. Chadas-Roma, kesehariannya bersama sejumlah karyawan, Danto memang tak pernah henti bergelut dengan batu. Bukan saja demi profit, untuk kenyamanan pun ia sengaja membangun beberapa rumah dengan dinding batu kapur beratap ilalang dan genteng, serta dirimbuni pohon bakau dengan akarnya yang panjang dibiarkan menancap ke tanah. Ada kolam ikan di bagian pinggirnya dilengkapi patung abstrak.Rumah tersebut terbagi dalam empat bagian dengan fungsi berlainan. Bagian depan merupakan rumah utama sekaligus tempat penerima tamu (kini sedang dibenahi lagi karena ikut terkena gempa), bagian tengah ada rumah panggung dan gazebo serta sebelah timur tempat istirahat. Khusus gazebo berkerangka kayu jati tapi beratap ilalang, ukuran 4 X 8 meter itu, menghabiskan biaya Rp 20 juta. “Kalau siang di sini dingin, tapi kalau malam hangat,” katanya.Danto membuat rumah batu kapur, terinspirasi tanggul sawah yang penataannya sangat rapi. Lalu, ia buat rumah-rumah dengan tembok sekelilingnya terdiri dari pecahan-pecahan batu kapur yang direkatkan dengan tanah merah asal Gunungkidul. Meski bagian luar batu kapur, tetapi bagian dalamnya tetap dengan batu bata, sehingga ketebalannya mencapai sekitar 30 cm.“Rumah ini pernah digunakan untuk resepsi pernikahan keluarga, ternyata banyak tamu yang menyatakan krasan berada di sini. Kira-kira memuat 700 undangan, jika suatu saat ada yang berminat menyewa untuk keperluan sejenis, oke-oke saja, saya kasih tarif Rp 4 juta!” ujarnya berpromosi.Di sejumlah sudut Rumah Sawah itu “berceceran” berbagai kerajinan dari batu. Ada patung-patung abstrak dari batu hitam, kincir air dari batu, serta lampu taman dari batu kapur karya Danto. Sebagai pematung sekaligus perajin batu cadas, tiap minggunya ia mengaku memerlukan batu kapur 2-3 truk dengan harga Rp 1,5 juta – Rp 2 juta per truknya. Sementara batu hitam didatangkan dari daerah Banjarnegara dengan harga dua kali lipat dibanding batu kapur.Kerajinan batu kapur karyanya banyak diekspor ke Eropa, Belanda, Inggris dan Australia. Untuk pasar dalam negeri, didominasi konsumen dari Jakarta dan Bali, dengan harga paling murah Rp 60.000,- dan termahal Rp 600.000,- Danto yang merupakan perajin binaan PT. Pos Indonesia itu mengakui tentang semakin munculnya pesaing. Namun baginya tak masalah, justru karena adanya pesaing dirinya selalu tertantang untuk kreatif dan inovatif dengan ide-ide barunya.■ teguh r.asmara/ foto : trasmara


Tidak ada komentar: