Senin, 21 April 2008

pantai yang ada di gunungkidul

http://www.pesonagunungkidul.com/

Pantai Sundak dan Ngandong, Mutiara Hitam Gunung Kidul

September 4th, 2006 Indonesia Tourism-->
Wisata pantai di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta, seakan tak pernah jenuh. Selain pantai-pantai yang sudah tenar, seperti Baron, Kukup, Krakal, Drini, dan Ngrenehan, terdapat dua pantai lain dengan panorama yang tak kalah indah. Selain berpasir putih, pantai ini juga dihiasi terumbu karang dan dilengkapi Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Keduanya adalah Pantai Sundak dan Pantai Ngandong.

Namun, keberadaan kedua pantai ini terbilang unik. Berbeda dengan pantai selatan lain di Gunung Kidul, di tempat tersebut terdapat resor dan sirkuit mini “off-road”. Selain itu, fasilitas wisata di kedua pantai ini terhitung cukup lengkap. Terdapat lapangan parkir yang cukup luas, gardu pandang, bilik-bilik rumah makan, panggung hiburan, balai pertemuan, dan masjid. Di sepanjang pesisir Pantai Sundak juga bisa dijadikan tempat berkemah.
Konon, dahulu Pantai Sundak bernama Wedibubrah. Suatu ketika terjadi perkelahian sengit antara seekor anjing milik penduduk setempat dengan landak di pinggir pantai hingga masuk ke sebuah goa. Pertarungan tersebut akhirnya dimenangkan si anjing yang keluar dari goa dengan tubuh basah kuyup sambil menggigit tubuh landak. Goa yang ternyata digenangi air itu kini bernama Goa Sundak.
Sejak itu kawasan Wedibubrah berganti nama menjadi Pantai Sundak, kepanjangan dari “asu” dan “landak”. Kini, sumber air di Goa Sundak menjadi penopang utama kebutuhan air penduduk Pantai Sundak dan sekitarnya. Pengembangan dan pengelolaan sebagai obyek wisata sudah dilakukan Dinas Pariwisata Gunung Kidul sejak tahun 1980-an.
Di sebelah barat Pantai Sundak terhampar Pantai Ngandong yang dilengkapi dengan TPI Ngandong. Di kawasan pantai ini juga terdapat sebuah resor mewah bernama Watulawang Adventure Resort. Wisatawan yang berkunjung ke resor ini biasanya berasal dari Jakarta atau mancanegara, seperti Australia, Jepang, dan Eropa. Resor ini biasanya ramai ketika akhir pekan.
Watulawang Adventure Resort memiliki beragam paket wisata, di antaranya menikmati keindahan pantai selatan di gardu pandang yang terbuat kayu, berkeliling menyusuri Pantai Sundak dan Ngandong sambil memancing ikan menggunakan perahu tempel, menjajal “off-road” di sirkuit mini dengan kendaraan jenis jip, plus menginap satu malam di resor yang mayoritas terbuat dari kayu. Harga paket wisata ini terbilang cukup mahal, mencapai 1.000-1.400 dollar AS dengan kapasitas maksimal peserta 10 orang. Namun, petualangan yang ditawarkan sungguh menarik, sehingga untuk ikut paket wisata ini harus mendaftar terlebih dulu.
Akses menuju pantai yang terletak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, ini tergolong relatif mudah. Meskipun belum dialiri listrik, jalanan menuju Pantai Sundak dan Ngandong sudah beraspal dan ditunjang rambu-rambu petunjuk yang memudahkan wisatawan yang hendak berkunjung.
Lelah bermain di pantai, pengunjung dapat mampir di TPI Ngandong dan membeli ikan laut segar hasil tangkapan sekitar 20 nelayan dari Kelompok Nelayan Ngandong Mina Lestari. Jika ingin makan di tempat, warung-warung yang ada di situ siap membakar atau menggoreng ikan segar tangkapan nelayan sesuai selera. Dengan Rp 15.000, sudah dapat menikmati satu kilogram ikan campur-di antaranya pari, tongkol, kakap, dan lendra-dua gelas teh hangat, dan tiga porsi nasi merah dan putih. (SUGITO/LITBANG KOMPAS)

Merangkul Blogger, Mempromosikan Pariwisata Yogyakarta



Banyak orang menduga bahwa pariwisata Yogyakarta lesu karena gempa 27 Mei 2006 dan aktivitas Merapi yang meningkat beberapa waktu lalu. Padahal sebenarnya dua kejadian itu hanya salah satu sebab saja. Kenyataannya, perkembangan pariwisata Yogyakarta memang belum bisa sampai pada titik puncaknya meski kota ini telah menyandang predikat kota pariwisata. Hal ini tampak pada rata-rata durasi kunjung wisatawan di Yogyakarta yang hanya berkisar 1,6 hari dan tertinggal dari Bali yang mencapai 3,67 hari.
Salah satu penyebab singkatnya kunjungan wisatawan ke Yogyakarta adalah minimnya informasi tentang tempat wisata menarik. Yogyakarta nyaris "identik" dengan Kraton, Prambanan dan Borobudur; sehingga hanya ketiga objek wisata itulah yang banyak dikunjungi. Sedangkan obyek wisata menarik lainnya seperti kampung-kampung tengah kota, desa wisata, pantai alami di Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo dan berbagai kawasan lainnya seakan terabaikan.
Sebagai situs informasi Pariwisata Yogyakarta yang paling ramai dikunjungi, YogYES.COM mencoba menjawab permasalahan tersebut. Sejak awal Agustus 2006 lalu, YogYES.COM merilis Tour de Djokdja, e-zine wisata yang berisi artikel tentang sejumlah tempat wisata menarik di Yogyakarta. Tidak hanya terbatas pada tempat-tempat yang disebut "obyek wisata" saja, tetapi juga sudut-sudut kota yang memiliki potensi wisata namun belum begitu banyak dinikmati pesonanya.
Telah terbit 12 edisi, Tour de Djokdja mengajak pembaca untuk menikmati ekoturisme menyusuri pantai-pantai alami di Kabupaten Gunung Kidul seperti Pantai Ngobaran beserta masjid yang menghadap ke selatan dan santapan landak laut goreng serta Pantai Sundak dengan legenda perkelahian asu dan landak. Tempat menarik lain yang juga dihadirkan adalah Angkringan Lik Man dengan kopi joss, kampung tengah kota dengan sejarah penamaannya, Pasar Ngasem dan Pasar Klithikan.
Menyadari bahwa tak mungkin untuk menyebarkan informasi itu sendirian, YogYES.COM merangkul para blogger. Komunitas maya yang tumbuh bersama kemajuan teknologi internet itu dinilai memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap kondisi sosial sekitarnya. Kepedulian itu terbukti dari kebiasaan memasang tautan ke situs-situs yang memuat informasi menarik dan visi sosial tertentu.
YogYES.COM mengajak para blogger untuk memasang tautan ke Tour de Djokdja di situs blog masing-masing. Didukung aktivitas blogger dalam menjalin persahabatan dan berbagi informasi, informasi itu diharapkan dapat tersebar secara cepat dengan jangkauan luas. Dengan demikian, semakin banyak calon wisatawan yang mengetahui tempat-tempat menarik di Yogyakarta dan terdorong untuk mengunjunginya.
Saat ini, sudah lebih dari 100 blogger memasang tautan ke Tour de Djokdja. Dukungan tersebut bukan hanya datang dari blogger Yogyakarta, melainkan juga dari Jakarta, Semarang, Bandung, dll. Beberapa blogger juga memberikan apresiasi positif pada Tour de Djokdja. Seorang blogger mengungkapkan rasa salutnya ketika tim Tour de Djokdja meliput Kampung Kauman yang hingga kini tak dianggap memiliki potensi wisata. Ada pula blogger yang menilai bahwa Tour de Djokdja mampu menyajikan info Pariwisata Yogyakarta dalam perspektif yang unik. Banyak juga blogger yang memberikan komentar untuk menyemangati Pariwisata Yogyakarta, seperti "Maju terus Jogja", "Maju terus pariwisata Jogja" hingga "I luv Yogyakarta".
Meski sulit mengukur kaitan antara usaha YogYES.COM dan para blogger terhadap kemajuan pariwisata Yogyakarta, setidaknya statistik pengunjung situs ini bisa menunjukkan tanggapan yang cukup baik dari banyak pihak. Dalam kurun waktu tiga bulan, jumlah pengunjung situs naik dari 1700-an per hari menjadi 2700-an per hari. Perkembangan serupa juga ditunjukkan oleh jumlah kontak dan reservasi hotel (tanpa komisi) yang melalui situs ini. Perjalanan masih panjang, namun semoga setahap demi setahap Pariwisata Yogyakarta bisa benar-benar bangkit.

http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=3&id=000000000018437

http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=3&id=000000000018437

http://wisata-gk.org/

http://wisata-gk.org/

Pariwisata==SRI GETHUK ; Air Terjun di Tebing Karst Playen

20/04/2008 05:29:46 UNIK memang. Di sela-sela tebing karst yang gersang di Kabupaten Gunungkidul, terdapat air terjun yang menawan. Tepatnya di Dusun Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, sekitar 40 km dari Kota Yogya. Masyarakat setempat menamainya dengan sebutan ‘Sri Gethuk’. Keberadaannya mengingatkan pada air terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu, Jawa Tengah. Secara fisik, air terjun Sri Gethuk memang mirip, namun ketinggiannya lebih rendah. Kalau Grojogan Sewu tingginya ratusan meter, air terjun di Playen itu hanya sekitar 80 meter. Menuju ke sana, dari jalan utama Yogyakarta-Wonosari harus menempuh jarak 10 km, diantaranya menempuh jalan batu putih (bukan aspal) sepanjang dua kilometer. Lokasinya sulit diakses tanpa memakai kendaraan pribadi, sebab angkutan umum tidak tersedia. Usai menyusuri jalan ini, awalnya sampai di Gua Rancang Kencana. Sedangkan untuk sampai ke air terjun Sri Gethuk, dari gua itu harus berjalan di jalan setapak yang tidak dapat dilalui kendaraan. Keindahan air terjun Sri Gethuk semakin terlihat, dengan keberadaannya yang tepat di tepi Sungai Oyo. Apalagi menuju ke tempat ini, di kanan-kirinya tampak suasana khas pegunungan yang menyejukkan. Keunikan lainnya, ada tiga sumber mata air yang menyembur di sekitar air terjun Sri Gethuk. Mengisyaratkan tempat itu dipenuhi oleh keajaiban alam. Ya, mata air Dung Poh, Ngandong dan Ngumbul mengelilingi keberadaan air terjun itu. Cerita mistik tentang tempat itu juga diyakini masyarakat Menggoran. Konon keberadaan air terjun Sri Gethuk merupakan lokasi pasar jin. Di malam-malam tertentu, sering pula terdengar bunyi gamelan dari arah air terjun itu. Warga percaya, gamelan itu dibunyikan oleh para jin yang suka kesenian dan milik dari Angga Mendura, nama dari raja jin Slempret. Tujuh Gua Tak jauh dari lokasi air terjun Sri Gethuk, terdapat setidaknya tujuh gua. Masing-masing gua Rancang Kencana, Ngledok, Dlingsem, Dilem, Song Ngoya, Tunting dan Jati Udeng. Gua Rancang Kencana yang keberadaannya sejalur dengan air terjun Sri Getuk merupakan tempat strategis untuk berwisata. Gua ini dalamnya indah dan lapang, mulut guanya cukup besar, jalan masuknya cenderung mendatar. Memudahkan siapapun untuk menjelajah ke setiap sudut gua itu. Keberadaan pohon raksasa yang tumbuh menjulang ke atas di dalamnya, menambah suasana yang sedap dipandang mata. Catatan sejarah dan cerita mistik juga menyertai keberadaan gua Rancang Kencana. Tempat ini pun pernah dipilih menjadi lokasi shoting beberapa film nasional. Antara lain film ‘Tutur Tinular’, ‘Nyi Pelet’ dan ‘Misteri Gunung Merapi’. Keberadaan air terjun Sri Gethuk sebenarnya dapat menjadi objek wisata kebanggaan masyarakat DIY, khususnya warga Gunungkidul. Sayangnya, masih banyak kendala untuk datang ke sana dan Pemkab Gunungkidul tampaknya belum menggarap secara optimal. ”Warga kami berusaha memberikan kenyamanan untuk pengunjung, semampu kami. Diantaranya membangun jalan setapak ke air terjun Sri Gethuk dan tangga menuju ke dalam gua Rancang Kencana,” tutur Abdul Hakim, koordinator pengelolaan wisata di sana. Semenjak 2006, Abdul Hakim berupaya mewujudkan kawasan air terjun Sri Gethuk sebagai salah satu objek wisata kebanggaan DIY yang layak dikunjungi. ”Tapi hingga sekarang hasilnya boleh disebut nihil. Pemerintah pun seakan memandang sebelah mata, belum tergerak untuk mengembangkan potensinya,” keluhnya. q -f Kiriman Anton Prasetyo, Koordinator Litbang LP2M Pesantren Nurul Ummah Yogyakarta

Selasa, 08 April 2008

model batu alam / macam batu alam




contoh rumah yang memakai batu alam




inilah contoh rumah yang memakai batu alam/batu paras

Elemen untuk Taman

Rumah masa kini umumnya memiliki lahan sempit. Taman mungil Anda harus terlihat menarik tapi tidak boleh berkesan penuh. Siasati dengan memilih tanaman dan elemen penghias yang tepat.Air Mancur MiniAir mancur mini diletakkan di taman bagian depan rumah, dikelilingi beragam tanaman air untuk kesatuan tema. Patung Batu Jika ingin meletakkan patung di tanah sempit, letakkan di ujung lorong menuju pintu masuk rumah. Sebagai pelengkap, percantik taman dengan tebaran batu-batu koral hitam dan gentong air.Taman TerasLetakkan furniture berbahan kayu, lengkap dengan bangku dan payung. Karena teras ini sempit, maka elemen penghias taman hanya berupa pot-pot besar yang diletakkan berderet di pinggir tembok.Lampu TamanPenerangan berperan penting untuk menciptakan mood taman Anda, terutama di malam hari. Pastikan desain lampu yang dipilih sesuai dengan desain taman keseluruhan.Relief di DindingJangan biarkan dinding taman hanya putih saja. Percantik dengan relief yang terbuat dari batu paras. Selaraskan motif ukiran dengan luas dan mood taman yang Anda inginkan. Elemen KolamBatu paras berwujud kura-kura yang berfungsi sebagai pancuran di kolam. PENTING!
Selaraskan desain taman dengan elemen penghiasnya. Jangan tumpang tindih dan merusak keseluruhan desain.
Pilih peranti furniture untuk taman yang tidak cepat lapuk oleh sinar matahari dan hujan. Misalnya yang terbuat dari plastik, fibre glass, atau besi tempa. Jika terbuat dari kayu, lindungi furniture kayu dengan cat tahan air dan sinar matahari.
Isi kolam air mancur Anda dengan ikan-ikan kecil, sekaligus untuk menghalau jentik-jentik nyamuk. Taburi dengan bubuk abate setiap 3 bulan sekali.

Batu Penghias Rumahyang Tak Lekang Oleh Zaman

Batu-batuan dari alam selama ini hanya digunakan untuk penataan luar ruangan. Namun, seiring dengan keinginan penghuni untuk semakin dekat dengan alam, batuan pun dimanfaatkan untuk pelengkap interior rumah. Terlebih, di Indonesia, tak sulit mendapatkan bermacam batuan nan elok dengan susunan mineral dan warna beragam.

Pemanfaatan batuan baik untuk eksterior maupun interior, biasanya dilakukan oleh para pemilik hunian yang memang sangat ingin suasana sejuk ada di rumahnya. Dalam penggunaanya, batu bisa ditempelkan dinding untuk menampilkan kesan teduh dan alami. Bisa juga digunakan untuk lantai, dengan pertimbangan agar menyatu dengan alam. Atau, ditempel pada dinding diluar ruang, yang bisanya digunakan untuk mempercantik taman, termasuk air mancur. Sementara cara penyusunannya bisa alur atau susun sirih, tergantung selera anda.

Batu sendiri mempunyai beberapa jenis berdasarkan warna dan ketahanannya, antara lain, batu andesit, batu candi, batu paras, dan pacitoroso. Andesit yang berasal dari Jawa Barat, dibanding batu-batu lain termasuk yang paling kuat dan tahan lumut, sehingga bisa ditaruh di dalam ataupun di luar ruang. Pemakaiannya fleksibel, bisa untuk lantai maupun dinding. Jenis andesit berdasarkan cara pem-belahannya ada dua macam yakni andesit rata mesin yang berarti dipotong oleh mesin. Selain itu, ada juga andesit rata bakar. Andesit rata mesin biasanya per-mukaannya lebih halus dibandingkan rata bakar. Sementara batu candi, sepintas dilihat dari tekstur mirip dengan andesit. Namun, warnanya lebih terang dan banyak pori-pori. Pori kasar inilah yang mengakibatkan batu ini kurang kuat karena mudah menyerap air, yang ujung-ujungnya membuat batu ini dengan mudah dapat pula ditumbuhi lumut. Batu candi yang bisanya dijual dipasaran berbentuk persegi panjang sehingga hanya cocok untuk dinding di teras atau pun lantai. Harganya bisanya per meter persegi sekitar Rp 90 hingga Rp 95 ribu.

Adapun batu paras adalah batu yang berasal dari Yogyakarta. Warnanya putih tulang, dengan permukaan yang rata. Batu ini memang tidak sekuat andesit sehingga tidak bisa dipijak atau digunakan untuk lantai. Batu jenis ini hanya cocok untuk menghiasi dinding taman.

Untuk menyusun jenis batu-batu diatas, bisa digunakan dua cara yang sekarang sedang populer. Pertama cara alur, yakni dibentuk pola bergaris-garis (beralur). Alur dibuat dengan menggunakan batu yang dipotong kecil-kecil atau pun besar, namun jaraknya harus rapat. Semakin tipis dan rapat alurnya, semakin mahal harganya. Alur ini bisa segaja dipatahkan di beberapa bagian agar terkesan alami atau bisa juga dengan memotongnya secara lurus dan halus. Jenis penyusunan lainnya yakni susun sirih. Susun ini biasanya menggunakan batu andesit rata bakar. Yakni dengan memotong batu dengan lebar 10 cm dan panjang 60 cm. Pemasangannya dengan sistem tumpuk terlebih dahulu baru diberi semen. Untuk batu yang lebih kecil, bisa ditempeli batu alam jenis lain tanpa diberi nat. Untuk perawatannya tidaklah sulit. Bila Anda ingin membersihkan kotoran, bisa menggunakan air bersih dan disikat. Sementara untuk menghilangkan semen yang menempel pada batu diperlukan HCL.
(Sumber: Suara Karya Online)

Arsitektur Khas Bali Istana Tampaksiring

Berbeda dengan bangunan-bangunan Istana Kepresidenan yang didirikan pada masa penjajahan Belanda, Istana Tampaksiring menonjolkan ciri keindonesiaan yang sangat kental. Tidak ada pilar-pilar besar yang menampilkan kesan agung dan kemewahan seperti Istana Kepresidenan Jakarta atau Istana Bogor. Rancang bangun Istana Tampaksiring juga sangat fungsional, menonjolkan kesederhanaan dan fungsinya sebagai wisma peristirahatan. Batu-batu alam dan batubata halus khas Bali sengaja ditonjolkan untuk menciptakan corak kedaerahan. Ukiran batu paras dan tiang-tiang kayu gaya Bali terasa padu dalam konsep arsitekturnya, bukan sebagai elemen tambahan yang ditempelkan.Konstruksi beton digunakan untuk menerjemahkan rancang-bangun yang menuntut bentangan-bentangan lebar. Semua bahan kayu jati serta bahan-bahan bangunan lainnya, kecuali pasir dan batubata, didatangkan dari Jawa. Adapun elemen artistiknya, ukiran kayu dan batu, dikerjakan oleh para seniman Bali. Paduan warna oranye muda, versi lembut dari warna natural batubata, dan abu-abu yang dipilih juga merupakan elemen kesamaan yang seakan tidak lekang dimakan zaman.Salah satu ciri arsitektur dari bangunan-bangunan Istana karya R.M. Soedarsono ini adalah penggunaan pipa-pipa sebagai susuran di beberapa teras. Sekilas tampak seperti susuran kapal, namun sebetulnya pipa-pipa itu juga berfungsi sebagai saluran air. Pembangunan Istana Tampaksiring juga mempertimbangkan kondisi sosial lingkungan sekitar. Sebelum bangunan didirikan, dibuatlah sebuah pusat kesehatan masyarakat dan pos polisi di Desa Manukaya. Unit pembangkit listrik yang dibangun khusus untuk Istana pun ikut dinikmati masyarakat sekitar.Wisma Merdeka dan Wisma Negara merupakan dua bangunan di kompleks Istana Tampaksiring yang paling banyak menampilkan ciri arsitektur Bali. Beberapa bagian kedua wisma itu memakai dinding teterawangan, yaitu tembok dengan ukiran timbul dan berlubang khas Bali. Juga banyak dijumpai elemen arsitektur dari ukiran kayu yang dicat dengan nuansa warna biru dan emas. Sedangkan atapnya terbuat dari sirip dengan pasangan biasa seperti pada perumahan kota. Wisma Merdeka memiliki pintu ukir khas Bali. Berdinding pigura hias bunga kayu khas Bali sepanjang dinding, dengan dominasi warna kuning emas yang megah. Sementara semua patung dan lukisan Bali di Wisma Negara adalah patung dan lukisan yang terpilih.Balai Wantilan atau pendapa yang difungsikan sebagai tempat untuk pergelaran kesenian, sepenuhnya dibangun mengikuti arsitektur tradisional Bali. Bangunan ini beratap ilalang dan tiang-tiangnya dari batang kelapa. Sesuai perkembangan zaman dan pertimbangan keamanan, tiang-tiang dari batang kelapa ini kemudian diganti dengan tiang beton yang mirip dengan bentuk batang kelapa. Di bagian depan balai ini tampak panggung pertunjukan seni yang berlatarkan pintu gapura Candi Bentar. Di kiri dan kanan depan panggung terdapat patung burung garuda dan di bagian belakang ruangan berdiri patung kayu yang melukiskan raksasa Kumbakarna yang dikerubuti kera. Semuanya itu dipahat dari satu pokok kayu. Dinding bagian belakangnya dihiasi relief batu paras, yang menggambarkan kisah Ramayana.Renovasi interior yang dilakukan pada tahun 2003 telah meningkatkan kenyamanan Istana Tampaksiring sesuai dengan gaya hidup modern tanpa meninggalkan konsep desain aslinya. Semua kamar mandi di Wisma Merdeka dan Wisma Negara, misalnya, diubah agar sesuai dengan standar kamar mandi hotel berbintang lima. (osa)
Foto: Candi Bentar, pintu gerbang bagi pengunjung umum yang hendak masuk ke Istana Tampaksiring (foto: Rumah Bangsa, Sekretariat Kepresidenan)

macam-macam batu















contoh rumah yang pakai batu paras

Tepatnya di sebuah kota yang cukup besar. Rumah Pak Soejoedi mencuri pandangan kami, karena diantara rumah-rumah bergaya Mediterania dan modern yang bermunculan disekitarnya, rumah ini bisa dibilang sangat segar. Kami pun mengambil beberapa foto.
Sangat segar, dengan berbagai tanaman hias disekeliling rumah. Sedikit bercakap-cakap, kami mengutarakan maksud untuk mengabadikan rumah ini. Bapak dan Ibu Soejoedi menyambut dengan sangat baik. Lihatlah bagian depan rumah ini, yang memakai bahan-bahan batuan dengan tanaman disekitarnya.
Dijelaskan, rumah ini dulunya milik seorang arsitek, yang kemudian pindah dan menjual rumahnya. Tampaknya, sentuhan arsitek ini sangat terasa dan menarik untuk disimak. Kesan pertama: Dingin! dan terasa nyaman diantara suasana kota yang panas. Hal ini tentu saja karena berbagai tanaman dan material batu-batuan yang digunakan.

TIP MEMBELI BATU ALAM

Begitu bayaknya jenis dan corak batu alam yang tersedia dipasaran membuat konsumen lebih leluasa dalam memilih, namun untuk mendapatkan hasil yang terbaik, kualitas batu alam juga perlu diperhatikan beberapa hal berikut : koleksi lengakap toko yang memiliki koleksi lengkap akan memperluas pilihan anda lebih berguna lagi apabila anda mencari batu alam pengganti batu lama yang rusak, misalnya. Koleksi yang lengkap memperbesar kemungkinan anda mendapatkan batu alam yang sama persis dengan batu anda yang lama.kelengkapan koleksi batu juga memperlihatkan kebonafitan toko tersebut. Akurasi potongan Proses pemotongan batu alam memungkinkan terjadinya pergeseran ukuran yang cukup besar. ini karena batu alam tidak dicetak seperti ubin keramik. Toleransi ukuran yang masih diperkenankan adalah kurang dari 3 mm. Telitilah benar-benar ukuran ini sebelum membeli, karena ukuran batu alam yang tidak presisi akan menyulitkan pemasangan. Mutu batu. karena murni diambil dari alam, maka tidak bisa berharap setiap potongan batu akan serupa benar. Ada bagian-bagian batu yang dianggap cacat, seperti flek, kelainan warna(belang), retak, maupun warna yang pucat. Cacat ini banyak terdapat padsa batu palimanan, karena diatas warna muda ( kuning dan putih ), cacat akan semakin terlihat. Sedapat mungkin pilihlah batu yang bebas cacat. pelayanan yang baik selain kualitas barang bagus, toko yang baik juga harus dapat memberikan pelayanan bagus buat pelanggannya. Perhatikan apakah toko yang menjual batu alam tersebut mampu memberikan bantuan, saran-saran, serta tepat waktu dalam mengirim barang.

Berkat Sentuhan Tangan Danto ”Batu Cadas jadi Berkelas”


Boleh jadi kompleks hunian seluas 2.000 m2 di daerah Prancak Glondong, Sewon, Bantul, itu menjadi unik dan nyentrik di mata tetangga sekitarnya. Paling tidak, karena terkesan didominasi cadas sehingga menyiratkan suasana lain dari yang lain. Hunian yang diberi nama Rumah Sawah itu sekaligus merupakan rumah pamer dan bengkel kerja produk kerajinan batu kapur yang ditangani Danto Susanto. Pria kelahiran Bantul 7 April 1975 itu memang tergolong kampiun soal mengolah batu-batu cadas menjadi benda bernilai seni tinggi bahkan terkesan berkelas. “Saya bangun Rumah Sawah ini sejak dua tahun lalu. Di sini pula saya berusaha menatap masa depan dengan membuat berbagai jenis kerajinan batu!” katanya saat ditemui HandiCRAFT Indonesia. Di bawah payung CV. Chadas-Roma, kesehariannya bersama sejumlah karyawan, Danto memang tak pernah henti bergelut dengan batu. Bukan saja demi profit, untuk kenyamanan pun ia sengaja membangun beberapa rumah dengan dinding batu kapur beratap ilalang dan genteng, serta dirimbuni pohon bakau dengan akarnya yang panjang dibiarkan menancap ke tanah. Ada kolam ikan di bagian pinggirnya dilengkapi patung abstrak.Rumah tersebut terbagi dalam empat bagian dengan fungsi berlainan. Bagian depan merupakan rumah utama sekaligus tempat penerima tamu (kini sedang dibenahi lagi karena ikut terkena gempa), bagian tengah ada rumah panggung dan gazebo serta sebelah timur tempat istirahat. Khusus gazebo berkerangka kayu jati tapi beratap ilalang, ukuran 4 X 8 meter itu, menghabiskan biaya Rp 20 juta. “Kalau siang di sini dingin, tapi kalau malam hangat,” katanya.Danto membuat rumah batu kapur, terinspirasi tanggul sawah yang penataannya sangat rapi. Lalu, ia buat rumah-rumah dengan tembok sekelilingnya terdiri dari pecahan-pecahan batu kapur yang direkatkan dengan tanah merah asal Gunungkidul. Meski bagian luar batu kapur, tetapi bagian dalamnya tetap dengan batu bata, sehingga ketebalannya mencapai sekitar 30 cm.“Rumah ini pernah digunakan untuk resepsi pernikahan keluarga, ternyata banyak tamu yang menyatakan krasan berada di sini. Kira-kira memuat 700 undangan, jika suatu saat ada yang berminat menyewa untuk keperluan sejenis, oke-oke saja, saya kasih tarif Rp 4 juta!” ujarnya berpromosi.Di sejumlah sudut Rumah Sawah itu “berceceran” berbagai kerajinan dari batu. Ada patung-patung abstrak dari batu hitam, kincir air dari batu, serta lampu taman dari batu kapur karya Danto. Sebagai pematung sekaligus perajin batu cadas, tiap minggunya ia mengaku memerlukan batu kapur 2-3 truk dengan harga Rp 1,5 juta – Rp 2 juta per truknya. Sementara batu hitam didatangkan dari daerah Banjarnegara dengan harga dua kali lipat dibanding batu kapur.Kerajinan batu kapur karyanya banyak diekspor ke Eropa, Belanda, Inggris dan Australia. Untuk pasar dalam negeri, didominasi konsumen dari Jakarta dan Bali, dengan harga paling murah Rp 60.000,- dan termahal Rp 600.000,- Danto yang merupakan perajin binaan PT. Pos Indonesia itu mengakui tentang semakin munculnya pesaing. Namun baginya tak masalah, justru karena adanya pesaing dirinya selalu tertantang untuk kreatif dan inovatif dengan ide-ide barunya.■ teguh r.asmara/ foto : trasmara


Senin, 07 April 2008

Gudang Pesona Aksesoris Rumah

Seperti penampilan manusia, sebuah rumah belum lengkap tanpa aksesoris yang bisa menambah pesona kecantikan yang didambakan setiap orang. Oleh karena itu, untuk menambah pesona kecantikan plus keasrian dan kenyamanan rumah yang kita tinggali, tidak ada salahnya jika kita menambahkan berbagai hiasan. Bila ada ruang sudut rumah yang masih kosong, kita bisa menempatkan pot-pot bunga atau patung-patung dari batu, sehingga rumah tampak menjadi indah dan enak dipandang mata.Tidak terlalu sulit untuk mencari ornamen rumah yang sesuai dengan keinginan. Di Gunungkidul sudah banyak penjual yang menyediakan berbagai alat pendukung kecantikan rumah ini. Sebut saja UD. SELO ADJIE, rumah yang terletak di Jalan Bendo Sari Rt.006/011 No. 45 Dusun Trengguno, Desa Sidorejo,Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul Kota Yogyakarta ini menyediakan berbagai hiasan rumah yang terbuat dari segala jenis batuan.Untuk membuat aksesoris rumah ini, ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Pasalnya, batu yang digunakan, bukan sembarang batu. Jenis batu yang digunakan benar-benar memiliki ciri khas dan kualitas tersendiri. di rumahnya tersedia segala jenis batu. Dari batu marmer, batu steaping, batu candi, batu andesit, batako, batu templek, RTA dan RTM, sampai batu-batu putih yang biasa ditaruh dalam akuarium. Tersedia juga, beragam ornamen yang terbuat dari batu, misalnya patung-patung hewan, pot-pot bunga serta berbagai bentuk ornamen lainnya.Tidak sekadar menyediakan bahan hiasan yang tersedia, jika Anda ingin membuat ornamen rumah sesuai dengan ide sendiri, UD. SELO ADJIE juga menerima tempahan pembuatan ornamen sesuai selera konsumennya. “Biasanya konsumen minta yang bentuk ornamennya seperti yang ia inginkan sendiri, jadi konsumen tinggal memberikan desainnya saja, baru kita kerjakan.Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan tempahan ornamen ini sekitar satu minggu hingga 1 Bulan. belum lagi jika motif ornamennya agak sulit. Harga Terjangkau Meskipun semua ornamen menggunakan batu yang berkualitas, tapi untuk masalah harga, tidak usah khawatir. Harga yang ditawarkan Di UD. Selo Adjie tidak sampai merogoh kocek terlalu dalam. “Masalah harga, biasanya tergantung seberapa besar ornamen yang akan dibuat dan jenis batu yang digunakan. Semakin besar ornamen yang dibuat maka semakin mahal.Selain menjual berbagai ornamen dari batu.

Efek Paduan Warna Plafond, Dinding, dan Lantai

Tidak dipungkiri lagi bahwa dengan adanya sentuhan warna dapat mengubah sesuatu menjadi lebih hidup. Begitu juga pada rumah kita. Kini dinding, plafond dan lantai rumah tidak lagi monoton dengan warna putih. Beragamnya variasi warna pada material seperti keramik, parquet, cat dinding dan plafond, membuat ruangan tempat tinggal menjadi lebih hidup. Namun kita perlu mengetahui efek-efek yang dapat ditimbulkan dari perpaduan antara warna plafond, dinding dan lantai agar suasana atau kesan yang ingin diciptakan pada ruangan tersebut tidak salah.
Lantai berwarna gelap dengan dinding dan plafond berwarna muda (pucat), dapat memberikan efek ruangan lebih luas.
Lantai dan plafond berwarna gelap sedangkan dinding berwarna terang (muda, pucat) dapat memberikan efek luas pada ruangan namun rendah.
Plafond, dinding, dan lantai berwarna gelap maka bentuk ruang akan hilang. Contoh, warna plafon dan dinding abu-abu tua dan lantainya keramik merah marun.
Lantai dan dinding belakang berwarna cerah, sedangkan dinding sisi kanan kiri dan plafond berwarna gelap dapat menciptakan efek lorong.
Lantai dan dinding berwarna gelap, sedangkan plafond berwarna cerah dapat memberi efek dalam basement.
Lantai, dinding sisi kanan kiri dan pelafond berwarna cerah sedangkan dinding belakang berwarna gelap dapat membuat ruangan terlihat lebih pendek(mengurangi kedalaman ruang)
Lantai, dinding belakang dan plafond berwarna terang, sedangkan dinding sisi kanan kiri berwarna gelap dapat memberikan efek ruangan terlihat lebih tinggi dan memanjang (sempit).
Lantai dan plafond berwarna terang, sedangkan semua sisi dinding berwarna gelap dapat mempertegas bidang horizontal
Semua sisi baik lantai, dinding, dan plafond berwarna terang dan pucat akan memberikan kesan lega dan bersih.
Tapi jangan lupa, pemilihan kualitas dan warna cat yang akan digunakan juga perlu diperhatikan agar terjadi keseimbangan warna dan hasil akhir yang maksimal. (Okliviana / berbagai sumber)

Gaya Natural Dengan Batu Alam

Untuk menyajikan gaya natural pada bangunan rumah tinggal, kita dapat mengekspos kealamian bata atau batu alam pada fasade rumah.
Biasanya bata merah yang paling banyak digunakan untuk dinding ekspos, karena di bandingkan dengan bata hollow yang juga digunakan untuk dinding ekspos, harga bata merah lebih murah. Tetapi walaupun harganya lebih mahal, bata hollow memiliki keunggulan tersendiri, antara lain memiki rongga di bagian tengahnya yang berfungsi untuk kekuatan dan meredam panas. Selain itu tampilan pada bata hollow lebih halus, lebih licin dan warnanya merata.
Selain itu ada alternatif lain untuk menyajikan gaya natural yaitu dengan menempelkan batu paras jogja atau batu andesit, pada keseluruhan dinding luar bangunan maupun bagian bawah dinding saja. Untuk batu paras, terdapat 3 jenis, yaitu batu paras berwarna putih, batu paras berwarna krem polos, dan batu paras krem bermotif. Batu paras berwarna putih adalah batu yang paling kuat dan padat.
Sedangkan untuk batu paras berwarna krem polos dan krem bermotif tidak telalu padat. Selain itu juga terdapat batu bali green.yang berbentuk kepingan, dan mirip dengan batu paras. Tetapi jenis batu ini agak sulit menempel bila di pasang pada dinding, sehingga sebelum pemasangan batu ini, pada bagian belakang batu harus di toreh-toreh terlebih dahulu, atau supaya terjamin lebih kuat menempel di dinding, sebaiknya setiap kepingnya perlu dipasang angkur.

Kamar Mandi Agar Asri



Menurut penelitian kamar mandi adalah salah satu bagian dari bangunan yang seringkali mengalami proses remodelling oleh para pemilik rumah. Mengapa kamar mandi? Karena kamar mandi adalah bagian paling privat dari bangunan yang harus memberikan kenyamanan dan keamanan bagi tuan rumah. Untuk hal ini bahkan pemilik rumah tak segan membelanjakan uangnya demi kamar mandi yang nyaman, indah, dan mewah. Dari mulai perencanaan, pembangunan, dan perawatan, kamar mandi memerlukan perhatian ekstra Dengan dukungan tenaga profesional yang berpengalaman dalam mengerjakan pekerjaan pemasangan marmer dan keramik kami menjamin kualitas pemasangan tegel kamar mandi Anda. Untuk remodelling kamar mandi, kami menangani mulai dari aspek desain, plumbing, pemasangan tegel berikut dengan pemasangan alat sanitair Untuk desain ulang kamar mandi kami memiliki tenaga arsitek spesialis untuk desain interior. Desain kamar mandi kami mengacu pada konsep desain kamar mandi yang secara harmonis menyatu dengan kondisi rumah dan secara psikologis memberikan rasa nyaman dan kemewahan yang menyenangkan hati.

Rumah Nuansa Alam Impian Warga Jakarta

KETIKA beberapa tukang kayu akhirnya menuntaskan pekerjaan bale bengong Ayu Laksmita memandang bangunan kecil itu dengan wajah puas. Ia dan suaminya, Johannes Kitono, akhirnya meraih impian memiliki sebuah rumah dengan nuansa Bali yang pekat.BALE bengong atau gazebo adalah bagian dari gaya arsitektur Bali yang berfungsi sebagai ruang informal, tempat menunggu atau tempat rileks.Wanita yang bekerja di lembaga pemeriksa keuangan ini menyukai nuansa Bali, bukan hanya karena ia memang orang Bali, melainkan karena kekagumannya pada gaya arsitektur Bali yang menawan. Kebetulan, suami dan tiga anaknya juga mempunyai selera yang sama. "Rumah ini menjadi impian kami semua, sejak tujuh tahun silam" sebut Ayu di Jakarta, Kamis (14/8).Tatkala hendak membangun rumah itu tahun lalu, Ayu dan Kitono bersepakat, rumah tersebut harus merefleksikan ketangguhan (sehingga bisa bertahan ratusan tahun), estetika dan kedekatan pada alam. Maka ketika memilih arsitek, suami istri ini langsung menekankan tiga tema tersebut.AYU dan Kitono serius dengan pendekatan tiga tema besar itu. Keseriusan tampak dari ketekunan mereka mencari batu-batu alam di beberapa provinsi, mencari lokasi penjualan kayu jati, perabot dari eceng gondok, furniture dari batang dan batok kelapa, serta atap-atap khas Bali.Arsitek dan para tukang, berjalan seirama dengan pemilik rumah. Keseriusan mereka tampak pada hasil pekerjaan detail rumah. Gerbang, tangga, lantai, dinding, hingga ke aksesori dikerjakan cukup mulus. Gerbang masuk, yang bermain dengan dinding agak tinggi, misalnya, mirip dengan beberapa rumah pemerhati seni di Ubud dan Umalas. Bale bengong dan kolam renang, dalam versi lebih kecil, juga mirip dengan bale bengong di pulau dewata itu.Rumah ini dilengkapi pula dengan warna khas yang disukai banyak warga Bali, misalnya pada warna kusen pintu dan jalusi yang dominan warna merah kecoklatan. Atau warna dinding yang dominan warna terang. Lantai marmer, apa boleh buat, tidak ia peroleh dari Bali, tetapi ia dapatkan dari Makassar.Lubang angin yang dikerjakan, cukup rapi, dan dalam jumlah yang cukup banyak. Ayu dan Kitono, agaknya benar-benar ingin dekat dengan alam. Oleh karena itu, meski langit-langit rumah, terutama di ruang tengah, mencapai hampir 20 meter, mereka tetap saja melubangi belasan bagian dinding untuk lubang angin."Kami benar-benar ingin angin alam, bukan AC, sehingga meski langit-langit sudah tinggi, kami tetap menggunakan lubang angin belasan buah" tutur Ayu.Demikian sukanya pada alam sehingga lukisan yang dipajang di rumah ini seluruhnya dengan pendekatan alam. Ada lukisan hutan, sawah, padang rumput, dan sebagainya.Apakah seluruh bangunan memenuhi harapan pemilik rumah?Ayu Laksmi dan Kitono tertawa, dan kemudian dengan terus terang menyatakan tidak sepenuhnya. Disebut demikian karena pada kenyataannya mereka hanya bisa memenuhi sekitar 80 persen keinginan melahirkan nuansa Bali dan dekat dengan alam.Kalau ingin dekat dengan alam, kami harus menanam sebanyak mungkin pohon-bukan sekadar menggunakan perabotan dari alam, misalnya eceng godong, batok, dan batang kelapa. Namun, kenyataannya kami tidak bisa menanam lebih banyak pohon tinggi sebab lahan memang terbatas (500 meter).Jika hendak dekat dengan alam, kami tidak menggunakan pintu yang ditutupi kawat halus penahan nyamuk. Aslinya, di Bali, memang tidak menggunakan pintu seperti itu, dan kalau takut nyamuk, tilam menggunakan kelambu halus."Soal ini, sampai menimbulkan perdebatan lama dengan istri. Istri saya ingin pintu tidak seperti itu, dan ngotot menggunakan pintu tanpa kawat kasa itu. Tetapi, saya (sambil tertawa terbahak-bahak-Red) bilang begini, sepanjang pemerintah tidak pernah mengeluarkan jaminan bebas demam berdarah di Indonesia, pintu itu tetap pakai kawat kasa. Saya suka alam, tetapi nyamuk penyebab demam berdarah nyebelin banget. Akhirnya istri saya bisa mengerti dan mengalah," tutur Kitono.Masih banyak hal, di mana keluarga ini akhirnya mesti mengambil langkah kompromi. Ayu Laksmita, misalnya, menyatakan, ia dan suaminya menyukai kamar mandi ala Bali yang terbuka dan dekat dengan pohon. Namun, itu tidak bisa dilakukan karena masalah keamanan dan privacy.Atau kolam renang, misalnya, mestinya menggunakan dinding dan lantai dari batu alam. Namun, hal ini toh tidak dapat ia lakukan karena alam di Jakarta berbeda dengan di Bali.Di sini, tutur Ayu, ia tidak tahu mengapa, batu alam demikian gampang berlumut sehingga sulit merawatnya. Akan tetapi di Bali, batu alam itu tidak mudah berlumut. Dan kalaupun berlumut, mudah dibersihkan."Kompromi lain, di sisi kolam renang, di kampung saya, biasanya ditanami pohon kamboja. Tetapi suami saya kurang suka. Kami berdebat, tetapi akhirnya saya mengalah. Tidak ada pohon kamboja di dekat kolam renang," tutur Ayu.Namun, baik Kitono maupun Ayu menyatakan, meski dengan segala kompromi itu, mereka toh happy, sebab setidaknya 80 persen dari nuansa rumah Bali dapat mereka raih. Hal lain, mereka pun merasa sangat at home di rumah itu. "Ini memang Jakarta, ya, keadaan itu mesti dapat diterima," ujar Kitono. (AS).

Minim, Tetapi Elegan dan Memikat

Minim, Tetapi Elegan dan MemikatKost Bergaya Minimalis. Bangunan bergaya arsitektur minimalis masih menjadi tren di 2008 ini. Tren ini ditangkap pengembang, bahkan pelaku bisnis kos-kosan macam seperti di daerah Cikutra Barat untuk merebut pasar.Di zaman yang serba praktis, dinamis, dan cepat saat ini, rumah bukanlah sekedar tempat tumpukkan perabot hias dan ornamen berkelas. Sesuai fungsinya, rumah yang ideal harus memberi kenyamanan, keamanan, sekaligus higenis. Esensi inilah yang melahirkan tren minimalis.Sekretaris Jendral Real Estate Indonesia Teguh Satrio dalam perbincangan, Jumat (4/1) mengungkapkan, tren rumah minimalis yang mewabah sejak 2000-an ini akan terus bertahan di 2008 ini. Dan, masih akan populer dalam beberapa tahun ke depan. Ini tidak terlepas dari pergeseran pola pikir pasar yang lebih mementingkan aspek fungsional dan efisiensi ruang.Bangunan bergaya interior atau arsitektur minimalis sejatinya menekankan hal-hal yang bersifat esensial atau fungsional. Bentuk-bentuk geometris elementer macam garis, persegi dan kubus, tanpa ornamen atau dekorasi menjadi karakternya. Sudut-sudut tegas dan warna netral macam putih dan krem terlihat menonjol. Keindahan atau kemewahan lebih terkesan dari keapikan susunan detail struktur atau arsitektur, bukan dari kerumitan ornamen penyertanya.Layaknya tren, arsitektur jenis ini tidaklah statis. Fleksibilitas dan kompromistis terhadap aspek geografis, iklim, dan selera, menyebabkan pola arsitektur minimalis yang kini banyak dipakai di Indonesia, tidak lagi murni. Minimalis modern, minimalis tropis, dan minimalis kontemporer, jadi ragam variasi. Pengunaan material batu alam berwarna gelap netral, logam, dan pilar (asal terbatas) pun tidak lagi diharamkan.”Minimalis tropis misalnya, mengakomodasi atap dan teras dalam struktur. Dalam konsep minimalis yang murni, kan tidaklah dikenal atap,” ucap Syarif Maulana Nuriman dari PT. Putera Papan Seruni, pengembang Buah Batu Regensi. Perumahan ini menyediakan pula kluster-kluster khusus yang berasitektur minimalis modern seharga Rp 300 juta – Rp 1,1 miliar.Peluang pasar yang menjanjikan dari tren yang terus mewabah ini pun dicermati para pengembang dan pelaku bisnis properti di Bandung. Mereka mengadaptasi gaya ini ke dalam kluster-kluster atau town house yang baru dikembangkan. Selain Buah Batu Regency, ada pula Kota Baru Parahyangan, Metro Regency Margahayu Raya, dan Town House de Bale Pakuan Ciumbuleuit.Di tempat yang disebut terakhir ini, seluruh rumah bahkan dibuat seragam bergaya minimalis modern. ”Bagaimanapun, kami bertindak berdasar tren pasar. Saat ini, tren minimalis itu kan masih terlihat menjanjikan. Kami berani mengembangkan karena tren jenis ini lebih abadi dan orang tidak cepat bosan,” ucap Indra Susanto dari Manejemen de Bale Pakuan. Tidak main-main, pasar perumahan ini pun ditujukan kepada golongan menengah atas. Harganya dipukul rata, yaitu Rp 2, 42 miliar untuk luas bangunan 350/150. Dan, sudah 95 persen terjual dalam waktu kurang 2 tahun !Merambah kosUniknya, wabah arsitektur minimalis ini tidak hanya menjalar ke bisnis properti, melainkan juga bisnis jasa dan persewaan kamar (kos). Namun, kuncinya tetap satu, merebut pasar. Tengok saja di sebuah bilangan di Cikutra Barat, Kota Bandung. Di sini, terdapat bangunan kos dan salon ”Abelle” yang berasitektur minimalis kontemporer.Riska Jamilia, salah satu penghuninya, mengatakan, keunikan asrsitektur itulah yang menjadi daya tarik kos itu. Membedakannya dengan kos lainnya. Di tempat itu, ia bisa merasakan ciri khas arsitektur yang tengah naik daun, sesuatu hal yang belum bisa diperolehnya di rumah. Tanpa perlu membeli, bisa menjadi bagian dari simbol identitas gaya hidup kaum urban itu.Yang menarik, gaya rumah minimalis ternyata identik dengan personasifikasi pemiliknya. Ada tiga makna filosofis desain minimalis yang bisa dikaitkan dengan karakter manusia, yaitu orientasi kualitas, mementingkan esensi, dan menyukai kebersihan.Teguh Satrio mengungkapkan, karakter personasifikasi macam ini umumnya ditemui pada pria yang tengah mengejar karir. Atau, belum di puncak karir. Golongan inilah yang umumnya memiliki rumah-rumah bergaya minimalis.Ia menambahkan, ke depan, aspek fungsional akan lebih mendominasi tren arsitektur modern ketimbang seni desain semata. (Yulvianus Harjono)JAKARTA, KOMPAS -

Model Rumah Tren 2008






























Untuk rekan rekan setia Kompas Forum yang ingin melihat bentuk desain rumah yang sedang Tren ataupun ingin mencari Inspirasi mewujudkan rumah idaman pribadi anda. Silahkan lihat Gallery Rumah di Website.Hasil karya team bangun rumah persada > http://www.bangun-rumah.com/galleryrumah.php